Sahabat Sesungguhnya


     hmmmm... entah sudah berapa lama..!! tak nulis cerpen lg..!!!
yahhh.. mungkin karena terlalu fokus sama cerita yang mesti di lanjutkan.. jadi buat cerpennya pun tidak sempat...!! sebenarnya.. inspirasinya banyak sekali...!!! namun, saking banyaknya... susah untuk membuatnya..!!

     hehehe.....

     langsung saja deh....!!!
    suatu hari... Deni baru pulang main futsal with his boarding school friends. ketika itu Deni cuma jalan kaki saja menuju tempat futsal itu karena kebetulan tempat futsalnya dekat dari kediamannya. Deni merupakan siswa setingkat kelas 3 SMA. setelah pulang dari lapangan dan menuju rumahnya. Dia pun berjalan sendiri dengan sangat lelah. ketika Deni berada pas di depan sebuah warung. tiba-tiba dia melihat seorang remaja yang kira-kira seumuran dengannya, lewat dengan naik sepeda lalu jatuh tersugkur ketika ingin menghindari lubang yang ada di pertengahan jalan. tanpa berfikir panjang, Deni pun langsung berlari sekuat tenaga untuk menolong anak tersebut. Deni membantunya berdiri, dan membantu mengumpulkan barang-barang yang di bawa oleh anak itu. semprotan serangga, tali pengikat, gunting dan benda-benda aneh sudah di masukkan kembali ke dalam ransel anak itu. Deni juga melihat kalau kaki anak itu sedikit terluka. maka dia mengajak anak itu ke rumahnya yang tidak jauh dari tempat anak tersebut jatuh sekaligus mengobati luka kaki anak itu. awalnya anak tersebut menolak ajakan Deni, namun, karena di ajak terus menerus, akhirnya anak itu pun bersedia untuk di obati. dan masuklah Deni dan anak itu ke rumahnya. 

     Di dalam rumah, Deni mengobrol banyak dengan anak itu yang belakangan di ketahui bernama Rafi. Lama sekali mereka berdua ngobrol. entah sudah berapa topik yang mereka bicarakan. mulai dari tempat tinggal, sekolah, hobby, bahkan tentang cinta sekalipun. semenjak peristiwa itu, Deni dan Rafi menjadi sangat akrab dan berjanji untuk jadi sahabat selamanya. 

     ketika lulus SMA, cerita mereka berdua pun berlanjut. mereka berdua di terima di perguruan tinggi ternama yang sama di kota mereka. persahabatan mereka pun makin dekat. sehingga tak terasa waktu kelulusan pun tiba. beberapa hari sebelum wisuda, Rafi pergi menemui Deni, seperti biasanya mereka lalu ngobrol. 

     "Hey, Deni".. kata Rafi. Tahukah kamu, jika kamu tak menolongku dulu, mungkin aku tidak bisa seperti ini. dan tidak akan mengenal orang sepertimu. kamu memang sahabat terbaikku." lanjut Rafi.
"lahh... biasa saja lah Rafi, memangnya kenapa Fi...??" tanya Deni.
"Maaf jika aku tak pernah cerita tentang ini sama kamu. Masa-masa awal pertemuan kita dulu, merupakan masa-masa kritis dalam hidupku. waktu itu, bisnis bapakku bangkrut. dia rugi besar. dan ibuku, bukannya memberi dukungan kepada bapakku. dia malah pergi dengan lelaki lain. aku selalu jadi korban emosi ayahku. waktu itu, saya sangat kecewa dengan mereka dan aku ingin bunuh diri. 

     Rafi melanjutkan ceritanya. "tetapi waktu habis beli racun serangga dan tali untuk bunuh diri. sepedaku malah terpelesat di jalan dekat rumahmu dan kamu menolongku. keakraban dan ketulusanmu waktu itu seolah-olah bercerita bahwa masih ada orang baik di sekitarku dan aku sudah tidak merasa kesepian lagi ketika itu. aku melihat masih ada harapan. canda, tawa dan sikapmu membuatku membatalkan bunuh diri. thanks broooww....!!!" entah sadar atau tidak, kamu telah menyelamatkan nyawaku. sekali lagi terima kasih sobatku....!!!"

** Sekian **

luangkanlah sedikit dari waktumu untuk tersenyum kepada salah satu orang yang tidak kau kenal. mungkin senyum itu bisa menjadi obat bagi satu penyakit orang itu atau bahkan bisa menjadi pelipur lara orang tersebut......

To Be Continued Story (3)

Kisi-kisi Akuntansi

HOOPPPP…!! Saya menarik Friska, mencegah badannya terjatuh. Friska yang merasa oleng sesegera mungkin berusaha untuk mengendalikan dirinya sendiri. Dan berhasil berdiri setelah beberapa detik kemudian. Namun, entah mengapa, secara reflex saya juga masih menjaga Friska dari kemungkinan dia terjatuh lagi.
Sebelum Friska mencoba menyela tanganku, aku sempat berfikir… astaga.. apa yang kulakukan saat ini? Mungkinkah Friska berfikir buruk soal ini? Atau dia malah kagum dengan saya karena telah menolongnya?
Beberapa pertanyaan terlontar dari hatiku yang masih kebingungan saat ini. Friska pun terdiam sesaat, kami bertatapan satu sama lain hingga akhirnya kami menyadari status kami.
" Lain kali hati-hati dong." Kataku sinis.
" kamu jangan pegang-pegang aku ya," Friska pun cepat-cepat menuju kantin. Mukaku kesal namun hatiku tersenyum dengan sendirinya.
Wahhh.. cewek apaan dia? Sudah di tolong, bukannya bilang terima kasih malah langsung marah-marah. Andai saya tau dia begini, saya tak akan sudi menolongnya." Pikirku dalam hati.
" KAMU tadi dari mana Ian?" Tanya Raihan ketika mendapatkan tempat yang pas di dalam angkot.
Saya langsung duduk di sampingnya dan langsung membersihkan ujung celanaku yang terkena debu ketika naik tadi. "Kemana kapan?" tanyaku.
"Tadi… Waktu abis stempel kuitansi SPP. Kamu hilang begitu saja. "
Oh.. iyya, aku berfikir, kan tadi saya dari membelikan Bu Asni makanan bareng Friska. "Ngg.. nggak ke mana-mana, ruang Fakultas tadi penuh, jadi agak lama ngantri di situ. Aku pun mengibaskan tangan ke pundak Raihan, mencoba mengatakan kalau nggak ada apa-apa.
" Saya pikir kamu menyembunyikan sesuatu dari saya. Iyya kan..?? ayo.. kasitau saja lah. Kamu tadi dari mana. Tadi siang kamu kenapa." Raihan menatapku dengan serius.
"Ya ampunn….!! Tidak kemana-mana kok Raihan."
Kupasang mimik dengan senyuman yang lebar berusaha memantra-mantrai Raihan agar percaya dengan ucapanku tadi dan agar mau pindah dari pokok pembahasan ini.
" Ayo Ian, pasti kamu mau menyembunyikan sesuatu, saya mau tau lah, apa yang terjadi sama kamu." Please dong…!!"

to be continued story (2)

OHHH… LAPTOP…!!

Saya membuka pintu kamar dengan agak tergesa-gesa, ketika sepupuku Cika yang saat ini masih kelas 3 SMA sedang asyik duduk-duduk membaca novel di atas sofa yang baru di beli mamaku. Akupun langsung menutup telinganya dari belakang dan menyuruhnya mencoba menebak "ayo, siapa saya??".
"Woii.. ini telingaku. Cika berusaha melepaskan tanganku dari telinganya. Kemudian mengarahkan tanganku ke matanya sendiri dan mulailah dia menebak. Nggg… siapa yah…???."
Aku pun ketawa cekikikan. Kalau orang normal, pasti tau kalau itu saya, atau setidaknya tidak memindahkan tanganku ke matanya. Tapi, dasar Cika. Sepupuku yang satu ini, saking akrabnya dengan saya, sampai-sampai dia menganggapku sebagai kakaknya. Saya sebenarnya berniat untuk tutup matanya saja. Tetapi ku ganti dengan menutup telinganya. Yahh… sekedar lelucon lah..!! Lagi pula saya yakin kok. Cika tau kalau ini adalah aku.
"Ayo.. ayo… tebak siapa saya..??" aku tertawa kecil. Cika mengigit jarinya. Sambil mencoba berfikir. "Ngng…..!!! Naruto…?"
Hahaa… tentu saja bukan..!! ayoo.. sedikit lagii..!! ayo tebak siapa..??
"kalau bukan Naruto, berarti doraemon..?? nobita…?? Power ranger merah..?? atau Patrick temannya spongebob..??"
Haa… masih belum bisa tebak..?? langsung ku pindahkan tanganku ke atas kepalanya. Dan langsung ku acak-acak rambutnya yang baru saja dia sisir dengan rapi dengan penuh perjuangan. "Ihhh… mana novelnya…??" seruku sambil tertawa keras sekali.
"ampun… Ampun…!! Cika berusaha melepaskan tanganku
dan menjauh kembali duduk di sofa yang satu. "hahaha… kamu dari mana saja kak…!! Kerja di Alfa Mart yah, terus ambil jam malam..?" sampe pulang malam begini..??"
Hahhh… kerja di Alfa mart apaan? Jam malam? Enak saja..?? saya pun melepaskan Ransel Bob Marley ku dan berjalan menuju kamar untuk menyimpannya. Setelah saya keluar dari kamar, saya pun langsung ke Cika..!! "mana novelnya..??" Sahutku sudah tak sabar lagi.
Iyya.. iyya… kak..!! sabar.. ada di tas saya..!! tenang saja kak, saya bawa banyak kok…!! Hahaha..!!!
Ehh, rambut kamu di rebonding yahh..???

adat idiot..

     waktu menunjukkan pukul 05.30 pagi. aku pun bergegas menuju kamar mandi yang ada di rumahku tepatnya di lantai satu. karena saya sendiri tidur di loteng . dengan santainya aku pun mulai mengambil air. timba demi timba air yang ku tumpahkan ke tubuhku yang saai itu tak sedikitpun merasa dingin. kemudian saya akhiri dengan berwudlu, karena waktu shubuh dari tadi sudah menunggu.

     then, saya pun sholat dengan memakai sarung serta baju kemeja di sertai songkok yang bergaris-garis gelombang di kepalaku. abis sholat ku berdo'a sama sang kholik agar di berikan keselamatan dunia akhirat. and then saya kembali melihat jam dinding yang bergelantungan di dinding kamarku. jam menunjukkan pukul enam seperempat....!!
      wahhh... kelihatannya masih pagi...!!!
     saya pun mengeluarkan sarung, baju kemeja serta songkok yang tadinya sudah terpasang rapi di gantikan dengan sarung tidur dengan baju kaos yang tidak aku ganti dari kemaren, ma'lum.. tanggung kalau di ganti. aku pun menuju kelambu yang tadi malam sudah aku pasang sekokoh mungkin agar terhindar dari serangan nyamuk yang pernah membuatku tidak tidur seharian. bantal ku susun menjadi dua, kepalaku ku letakkan dengan mantapnya di atas bantal itu, bantal guling ku peluk dengan pas. dann......
     tidak perlu menunggu waktu yang sangat lama, aku pun tertidur lah dengan pulasnya seolah-olah tak ada beban yang membebani. padahal, tugas-tugas sudah menumpuk, motor sangat kotor, dan my litle cousins mau di antar ke sekolah. namun, seolah-olah tugas itu tak membebaniku. terasa nikmat sekali, tidur waktu-waktu begini.