Senyuman Palsu Seorang Guru Juga Penting Bagi Siswa

Banyak yang membenci senyuman palsu. Namun kadang senyuman palsu itu dibutuhkan di waktu yang tepat. Sebut saja orang tua kepada anaknya, kepala kantor kepada anak buahnya dan guru kepada siswanya. Kalau ketiga posisi diatas tidak pandai melakukan senyuman palsu dalam artian berekspresi sesuai keadaan hati nya, maka orang-orang yang ada di sekitarnya akan merasa tidak senang.



Kita fokus terhadap pentingnya senyuman palsu seorang guru kepada siswanya. Coba kita bayangkan jika seorang guru dilanda masalah yang besar, kesedihan, musibah, dan mood yang turun lantas menguasai keadaan hati guru itu. Kemungkinan terbesar yang akan terjadi adalah menurunnya semangat seorang guru dalam mengajar, mimik wajah, intonasi suara serta aura yang dikeluarkan guru tersebut akan menurun secara drastis. Kita tidak bisa hindari bagaimana sikap seorang siswa yang melihat gurunya mengalami hal seperti itu. Tentu saja, semngat untuk belajar dari seorang siswa akan menurun juga mengikuti semangat dari seorang guru.. Guru yang semangat dalam mengajar pun, kadang ada saja siswa yang tidak memperhatikan pelajaran. Apalagi jika hal di atas terjadi. Suasana kelas akan menjadi horror, tegang dan terkesan kaku. Sedikit saja hal yang mengganggu bisa membuat pecah keadaan kelas.

Untuk itu, senyum dan keramahan seorang guru dibutuhkan oleh para siswa untuk mengangkat semangat dan memancing rasa ingin tahu mereka tentang pelajaran yang akan dipelajari, walaupun itu hanya sebuah senyuman palsu. Kita sebagai guru tidak sepantasnya membawa masalah keluarga, administrasi, percintaan, maupun masalah dengan seorang teman ke dalam kelas. Itu akan mempengaruhi cara kita menyampaikan pelajaran.

Para siswa butuh seorang motivasi, teladan serta masukan-masukan positif. Bagaimana mungkin akan tercipta motivasi yang menggugah bagi para siswa jika kita sebagai guru tidak mampu menampilkan kesenangan di setiap harinya dalam keadaan apapun. Karena sudah pasti anak-anak akan mengeluh dan merasa malas mengikuti pelajaran. Anak-anak juga akan bertanya-tanya "kenapa dengan bapak/ibu guru hari ini?".

Padahal para siswa datang ke sekolah dengan hati yang berseri-seri, dengan semngat yang membara untuk memperoleh pelajaran yang menyenangkan dan bermanfaat bagi mereka, lantas kita sebagai guru merusak itu semua dengan wajah masam serta tak ada senyum yang kita berikan kepada mereka.

Memang sangat susah untuk tetap ceria ketika kita berada dalam masalah besar, Para siswa tentu akan ikut sedih, tidak semangat serta mood nya turun drastis melihat gurunya dalam keadaan seperti itu. Padahal kita tahu bahwa seorang anak yag beranjak remaja akan mudah sekali merasa kacau dan galau. Jangankan dengan masalah besar, masalah kecil seperti permusuhan kecil dengan seorang teman atau tidak dapat uang jajan akan berpengaruh besar bagi mereka. Apalagi kalau kita tambah dengan muka masam dan cuek yang kita tunjukkan kepada mereka. Padahal mereka memandang bahwa guru adalah seorang yang idealis, dapat dipercaya serta dapat menyelesaikan masalahnya.



Jika kita seorang guru dan sampai saat ini masih bersikap sesuai dengan emosi yang menimpa kita, sebaiknya dihindari dan diubah secepatnya. Kita bisa bayangkan jika kita menjadi seorang siswa yang sejak dari rumah sudah sangat semangat untuk belajar tetapi kenyataan di sekolah, guru yang akan memberikan pelajaran memasang wajah yang masam, cuek dan dengan pandangan tidak jelas. Tentu semngat yang sudah ada sejak tadi, akan menghilang begitu saja.

Kenyataan yang terjadi sekarang ini, kita memilih menjadi seorang guru. Tugas kita tidak terbatas hanya menyampaikan materi lalu anak-anak faham dengan apa yang kita ajarkan. Semestinya kita juga menciptakan suasana yang nyaman dan kondusif dalam kelas sehingga memicu semangat dan kreativitas seorang anak. Karena jikalau di dalam rumah mereka sudah sering terjadi kekacauan dan kemarahan, lantas gurunya juga melampiaskan emosi dari apa yang dirasakan kepada anak-anak, ke mana lagi anak-anak akan merasakan kenyamanan??

Untuk itu mulai dari sekarang jika kita seorang guru, kita butuh belajar melakukan senyuman palsu kepada siswa kita. Tidak susah kok, dan dampaknya juga akan berdampak bagus buat semngat belajar anak-anak didik kita..

Panas Mengeluh, Hujan Lebih-Lebih

Vi, ayo deh Pigi nonton!!
Edd, Panasna.. Malaska deh..!!

hari selanjutnya....
Vi, Mbami pi nonton, tidak panasmi.!!
Aduh, hujanki, rantasa ki jalanan kah.. Becek,

Yah, begitu lah percakapan yang sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Kadang tanpa sengaja kita membuat para malaikat di atas sana itu pusing dengan cara ngomong dan tingkah kita. Hari ini bilang suka hujan tetapi besok ketika hujan turun dia mengeluh. Kalau panas minta hujan kalau hujan maunya panas. Bagaimana tidak pusingi malaikat ka.

Walaupun memang secara lahiriyah kita ini manusia yang punya hati yang bisa berbolak balik tiap waktunya, akan tetapi jangan juga maki seperti itu. Maunya kita syukuri saja apapun yang diberikan tuhan sekarang ini. Kalau hari ini hujan, yah hujan-hujan maki, kalau panas, yah maumi diapa, setidaknya cepatki kering cucianta'.


Karena keadaan-keadaan yang berubah-ubah seperti ini tidak nabikin rugijiki. Coba kita fikir para penjual garam yang sering teriak-teriak depan rumahta'.. oee.. ce'la e... Jangan sekali-kali kalian berteriak kepada mereka bosi laloko (semoga hujan) yakin dan percaya kalian akan diburu oleh mereka. Yah, karena setetes saja air yang membasahi garamnya, maka semua garamnya akan mencair dan rugilah mereka. Sehingga para penjual garm keliling akan merasa sedikit kecewa ketika musim hujan tiba. Tetapi mereka tidak mengeluhji, karena mereka fikir akan adaji rejeki yang lain yang akan diberikan oleh tuhan.

Dan sebaliknya, Ketika musim panas, kita sekali-kali tengok penjual mantel (jas Hujan). Apakah dagangannya akan laku ketika musim panas? Tentu tidak kodong. Tetapi mereka tidak kayak kitaji. Mereka tetap tidak mengeluh karena katanya tiap-tiap orang itu beda-beda rejekinya. Lah kita? panas sedikit mengeluh minta diturunkan hujan. Giliran hujanki, eh marah-marah.

Apalagi soal hujan, jangan pernah sekalipun memaki hujan. Karena hujan sesungguhnya adalah anugrah tuhan. Malah kita dianjurkan berdoa ketika hujan turun, karena dalam sebuah riwayat dikatakan, Allah menurunkan rahmatnya bersamaan dengan hujna turun.

Yuk, mari kita selalu mensyukuri apapun keadaan kita.

Istiqomah : Amalan Terberat Untuk Anak Muda


Selamat siang para pembaca.
Alhamdulillah di siang ini saya masih hidup dan masih ditakdirkan untuk menjadi blogger. Walaupun kadang kehidupan bloggerku ini cuma sekedar "ngaku-ngaku" saja ke teman-teman blogger yang lain. Kan keren ketika ditanya sama seorang blogger, Hei Bro, kamu blogger juga?... Iya nih bro.!! hahaha. Hanya sebatas itu. Saya juga tidak tahu menahu tentang trik-trik blog apalagi sampai bisa mendapat pundi-pundi uang lewat blog. yah, paling cuma edit-edit tampilan blog. Rasa-rasanya saya hanya sekedar menulis inspirasi di blog tanpa tau ada manfaatnya untuk diri pribadi saya dan semoga bermanfaat bagi pembaca.

Karena kunci dari kesuksesan itu  harus istiqomah dalam segala hal. Termasuk ngeblog. Dan itu yang susah, kadang-kadang saya nulis di blog sekali seminggu, kadang pula sekali dalam dua minggu, dan bisa juga tidak nulis-nulis selama dua bulan. parah.

Mengapa Istiqomah itu susah?
Ayo bantu saya menjawabnya!!
Istiqomah adalah suatu tindakan yang tidak pernah kita tinggalkan. Apa sih.  Saya juga bingung bagaimana membahasakannya. Eis, Tunggu saya cari di google..

.......................................


........................................


........................................

................................... 72 hours Later ........................................


Setelah nyari di google, tetap saja bingung. Atau begini, Istiqomah itu misalnya jika kita hari ini selalu membersihkan rumah di pagi hari, lalu sampai beberapa bulan bahkan beberapa tahun kita selalu melakukan itu, berarti kita istiqomah dalam membersihkan rumah. Nah begitu.

kita sebagai anak muda penerus harapan keluarga bangsa dan tanah air merdeka perlu punya rasa Istiqomah ini. Bukan hanya sebatas dalam urusan agama, itu sudah menjadi kewajiban bagi kita. tetapi ini menyangkut kehidupan dan keseharian kita. Lawan terberat anak muda saat sekarang ini adalah rasa Istiqomah yang sangat susah dilakukan. Kebanyakan anak muda sekarang adalah mereka yang dalam istilah makassar "Bambang Tai Jangang" (Panas Tahi ayam), ketika diawal-awal semangat tetapi setelah berjalan beberapa hari lantas bosan dan berhenti melakukannya.

Kan kasian ketika Istiqomah ini menjadi penyakit turun temurun untuk adik-adik kita nantinya.
So, mari kita tetap Istiqomah dalam segala hal, utamanya yang berbau kebaikan. Walaupun tidak berbau sih, yang penting itu kebaikan. Hehe.

Mengapa Kita Kesal Ketika Dijelek-jelekkan Orang Lain?

Marah, kesal dan gundah memang merupakan kodrat kita sebagai manusia. Namun, Apa maksudnya kalau kita sebagai manusia merasa tersakiti ketika ada seseorang yang melukai hati kita, entah itu dengan membuat kita tersinggung, mempermalukan kita atau mengambil hak milik kita? Mengapa kita mesti marah, jengkel bahkan merasa terhina dengan itu semua? padahal itu tidak membuat kita berdarah, tidak membuat kita babak belur atau membuat kita mati. Tidak sama sekali, jadi buat apa kita marah.


Kalau kritik, mungkin bisa diterima. Tapi hinaan? Tidak semua manusia bisa terima jika mereka dihina. Manusia tidak pernah mau direndahkan oleh siapapun. Namun, meskipun tidak mau dihina, diantara mereka memiliki respon yang berbeda-beda untuk menanggapinya.

“Kau bodoh sekali! Kau tidak pantas berada di situ, kau kurang ajar, kau tidak pantas mengajar kepada anak-anak sedangkan kau sendiri butuh diajar?”

Hal itu akan terdengar sangat kasar apabila diucapkan kepada seseorang, terlebih lagi jika itu dilakukan di depan teman-temannya, di depan umum. Ucapan ini bisa saja muncul atas dasar ketidaksengajaan atau karena memang terlalu kesal dengan orang yang dimaksud. Namun, tetap saja. Ini adalah suatu hinaan yang menyakitkan. Lalu apa yang bisa kita lakukan seandainya berada dalam situasi seperti ini?

Orang dengan emosional tinggi, marah. Dia akan melawan balik dengan kata-kata yang lebih parah. Perang mulut, atau lebih buruk lagi, baku hantam. Tak ada lain, hal ini akan berakhir dengan suatu kesia-siaan, seperti rasa sakit, kesal, menyesal, dan malu. Jadi jangan jadi seperti ini ya teman-teman.

Orang yang rendah diri akan tertekan. Dia tidak terima dengan ucapan itu. Dia tidak suka. Tapi apa yang bisa dia lakukan kalau semua yang dikatakan itu memang benar? Akhirnya dia hanya bisa tertunduk dan menerima kalau dia memang bodoh. Sisanya, dia akan merenung sendirian dan menangis, lalu benar-benar menjadikan dirinya bodoh seperti yang mereka katakan.

Orang yang cuek, dia tidak belajar. Mungkin sudah menjadi kebiasaannya untuk tidak mau mendengarkan setiap hal buruk yang dikatakan orang lain. Dia memang tidak terpengaruh oleh hinaan itu. Tapi dia juga tidak mau belajar untuk mempelajari dirinya sendiri, apa yang membuat mereka menghinanya seperti itu.

Pernah melihat pacuan kuda atau karapan sapi? Untuk mendapatkan lari yang sangat kencang, hewan-hewan ini sering dicambuk. Terlihat jahat dan menyakitkan, tapi itu memang membuktikan bahwa cambuk itu menggerakkan mereka.

Tidak bermaksud untuk menyamakan manusia sebagai hewannya, tapi cambuk merupakan analogi dari sebuah hinaan. Ketika telinga kita menangkap adanya hinaan, sadarlah bahwa itu artinya masih terdapat hal yang kurang pada diri kita.  Memang terasa sakit, tapi harus menjadi lebih baik lagi.

Beberapa orang menamakan hal ini sebagai dendam positif. Kita menggunakan rasa sakit hati ini sebagai suatu motivasi untuk menjadi lebih baik lagi. Percuma kita menghina balik orang tersebut jika yang dikatakannya itu benar. Maka, yang kita lakukan adalah segera memberikan bukti bahwa hinaan mereka adalah suatu kesalahan.

Ayolah teman, tak perlu merasa terhina lah ketika dihina oleh orang lain. Jadikan hinaan itu batu loncatan ke arah yang lebih tinggi lagi. orang bilang hidup itu berat. Tapi tidak juga, tergantung pemikiran kita teman. Ini saatnya kita bangkit dari hinaan-hinaan yang membuat kita terpuruk.

Tidak Seharusnya keburukan dibalas dengan keburukan juga.